DONO (Drs. H.Wahyu Sardono)
Bernama lengkap Drs. H. Wahyu Sardono atau di kenal sebagai
Dono Warkop,
ia dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 30 September 1951, Ia merupakan
anak keempat dari tujuh orang bersaudara. Ia dikenal sebagai
Pelawak dari grup komedi
Warkop DKI bersama
Kasino dan Indro. Semasa kecil Dono warkop menenyam pendidikan di SD
Negeri 1 kebon dalem kemudian setelah lulus SD ia masuk di SMP negeri 1
Kebon Dalem, 3 tahun pendidikannya di SMP kebon Dalem ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di SMA negeri 3 Surakarta dengan mengambil
jurusan Ilmu Sosial (IPS), di SMA ia juga aktif dalam organisasi
sekolah, terbukti bahwa ia berhasil menjadi ketua OSS di sekolahnya
tersebut. Selepas luluas SMA dar SMA negeri 3 Surakarta, Dono wakop pun
berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi
di Jakarta, Ia mengambil Jurusan Ilmu Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Dono warkop juga aktif dalam
organisasi kemahasiswaan seperti Mapala UI.
Setelah lulus dari kampusnya ia juga dipercaya sebagai Asisten Dosen
jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, di Universitas yang sama Dono juga menjadi Dosen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diluar aktivitas kampusnya, Dono
warkop juga menjadi penyiar Radio Prambors, dari sinilah yang cikal
bakal terbentuknya grup lawak fenomenal “Warkop DKI” yang awalnya
bernama Warkop Prambors yang awalnya dibentuk oleh Nanu (Nanu
Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino
Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro), yang kemudian terkenal
menjadi Warkop DKI yang digawangi oleh Dono, Kasino dan Indro. Nanu,
Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI),
Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.
Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di
Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian
Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara
pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang
bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng
Pinggir.
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors,
Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot
mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk
Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara
ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu
disusul oleh Dono dan Indro. Rudy yang semula ikut Warkop saat masih
siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung,
karena demam panggung (stage fright). Dono pun awalnya saat manggung
beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah
beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai
kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan.
Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah
menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom
nite) SMA IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar,
alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja,
tidak terlalu sukses. Namun peristiwa pada tahun 1976 itulah pertama
kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000.
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun akhirnya
habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka
manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel
komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop
Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak
Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop
tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks),
yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai
meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang,
setiap personel mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang
merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena
nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri.
Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim
royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu
kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan
praktik upeti itu.
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat
film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari
filmlah para personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan
honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun
kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul
film pada dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar
sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul
Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau
ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono
bahkan Dono warkop juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus
atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP.
Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam.
Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota
pencinta alam Mapala UI.
Dono warkop menikah dengan Titi Kusumawardhani, dari perkawinannya ini
Dono warkop dikaruniai tiga orang anak yang bernama Andika Aria Sena,
Damar Canggih Wicaksono dan Satrio Sarwo Trengginas. Dono warkop
sendiri telah membintai puluhan judul film komedi yang membawa namanya
melambung bersama personil Warkop DKI yang lainnya di jagat hiburan
Indonesia di tahun 90-an.
Dunia Lawak Tanah Air kembali berduka ketika
pada tanggal 30 Desember 2001 Dono warkop menghembuskan nafas
terakhirnya di Rumah sakit Rumah Sakit Santo Carolus, Jakarta Pusat,
sekitar pukul 01.00 WIB setelah sebelumnya ditinggal pergi oleh personil
Warkop DKi yang lainnya Kasino yang meninggal di tahun 1997. Almarhum
Dono warkop meninggal dunia akibar penyakit tumor di bagian bokong dan
sudah menjalar menjadi kanker paru-paru stadium akhir, dan menyerang
lever, Dono warkop meninggal dengan tenang, disamping sahabatnya,
Indrojoyo Kusumonegoro. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah
Kusir, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman pelawak senior anggota Warkop
DKI ini memang benar-benar mengharukan. Ribuan pelayat turut meneteskan
air matanya karena tidak kuat menahan kesedihan melihat kepergiannya.
Kini Personil Warkop DKI hanya tinggal Indro DKI.
KASINO (Drs. Kasino Hadiwibowo)
Drs. Kasino Hadiwibowo atau biasa dikenal sebagai
Kasino Warkop DKI, Ia merupakan salah satu personil grup lawak legendaris Indonesia yaitu
Warkop DKI bersama
Dono Warkop DKI dan
Indro Warkop DKI.
Kasino dilahirkan di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah, pada tanggal 15
September 1950, Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 16
Desember 1997 di Jakarta karena menderita tumor otak, Kemudian di susul
oleh
Dono Warkop yang juga dipanggil ke Rahmatullah karena sakit yang ia derita, kini anggota Warkop DKI yang tersisa hanya
Indro Warkop.
Kasino kemudian bersekolah di SDN Budi Utomo, Jakarta, kemudian masuk
di SMP yaitu SMPN 51 Cipinang, Jakarta pada tahun 1966, setelah itu
melanjutkan sekolahnya di SMAN 22 Jatinegara, Jakarta. Setelah
menyelesaikan Sekolahnya ia kemudian melanjutkan pendidikannya di
Universitas Indonesia di Fakultas Ilmu Sosial di Jurusan Ilmu
Administrasi Niaga. Orangtuanya, dia sendiri dan bahkan Fakultas Ilmu
Sosial UI, tempatnya dulu menuntut ilmu, mungkin tidak pernah
membayangkan ia bakal menjadi pelawak.
Tetapi Kasino mengaku bahwa sense of humour dimilikinya sejak dulu. Dari
kecil Kasino sudah suka ngejailin orang tutur Kasino yang panggilan
akrabnya Seky (artinya, si pesek). Di kampus, kebetulan Seky bertemu
orang-orang yang sealiran, seperti Nanu Mulyono (almarhum) dan Wahjoe
Sardono alias
Dono.
Jadilah mereka membanyol, meng-kick sana-sini.Keberuntungan Seky
bermula di malam Jumat, saat ia dan kawan-kawannya kongkow di radio
Prambors, cuap-cuap sekenanya model obrolan di warung kopi. Ternyata,
acara begitu banyak peminatnya. Setiap acara tiba, pisang goreng, ketan
pakai kelapa parut, dan banyak makanan lain, menumpuk di studio.
Kebanyakan yang mengirim ibu-ibu, kata Kasino. Mereka kemudian menjadi
laris, sebagai penjual tawa.
Awalnya Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal
sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu (Nanu
Mulyono), Rudy (Rudy Badil),
Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan
Indro
(Indrodjojo Kusumonegoro). Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa
Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di
Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan
lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari
Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawakan
setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan
oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan,
Borobudur, alias Menteng Pinggir.
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors,
Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot
mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk
Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara
ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu
disusul oleh
Dono dan
Indro.
Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut
Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage
fright).
Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah
Dono
mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus
menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat
anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih
pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite)
SMA IX yang diadakan di Hotel
Indonesia. Semua personel gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya
hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa
pada tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa
uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personel Warkop
besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman
mereka. Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung,
kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata
hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop
Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak
Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop
tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks),
yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai
meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang,
setiap personel mendapat no pek go ban (Rp 250.000). Mereka juga jadi
dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan
dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya
Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai
nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio
Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka
mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu.
Dari semua personel Warkop, mungkin
Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu.
Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi.
Dono
juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara
perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain
melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga
akhir hayatnya Nanu,
Dono,
dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI. Setelah
puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film
komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para
personel Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp
15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran
uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal 2 judul film pada
dekade 1980 dan 1990-an yang pada masa itu selalu diputar sebagai film
menyambut Tahun Baru Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir
semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun
lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan
selama beberapa lama. Kasino, wafat pada usia 47 tahun, di selasa malam
tanggal 16 Desember 1997, di rumah sakit cipto Mangunkusumo Jakarta
Setelah menderita tumor otak. Kasino meninggalkan satu istri dan dua
anak. Setelah
Dono juga meninggal pada tahun 2001,
Indro
menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal
tahun 1983 karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.
PERJALANAN KARIER KASINO WARKOP DKI
* Penyiar Radio Prambors (1974-1980)
* Pimpinan Warung Kopi Corporation
Filmografi
* Mana Tahan (1980)
* Gengsi Dong (1980)
* Gede Rasa (1981)
* Pintar-pintar Bodoh (1981)
* Manusia Enam Juta Dolar (1982)
* IQ Jongkok (1982)
* Setan Kredit (1982)
* Dongkrak Antik (1982)
* Chip (1983)
* Maju Kena Mundur Kena (1983)
Kegiatan Lain
* Direktur Klinik Spesialis Rawamangun (sampai 1983)
INDRO (Drs. H. INDRODJOJO KUSUMONEGORO)
Drs. H. Indrodjojo Kusumonegoro atau akrab disapa sebagai
Indro " Warkop"
dilahirkan di Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 8 Mei 1958, Ia
merupakan personil grup lawak legendaris di Indonesia yaitu
Warkop DKI yang masih hidup sampai sekarang setelah kepergian
Dono
dan Kasino yang telah wafat. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana
ekonomi di Universitas Pancasila, Jakarta. Hobi yang paling
digandrunginya sampai sekarang adalah berkendara dan melakukan tur
dengan motor Harley Davidson namun masih tetap aktif sebagai pelawak dan
mengisi acara-acara hiburan. Awal
Warkop eksis saat diberi
kesempatan untuk tampil di Radio Pambors Jakarta untuk mengisi acara
obrolan komedi, disinilah Indro kemudian bertemu dengan
Dono warkop yang juga menjadi penyiar Radio Prambors serta Kasino Warkop, dan dari sinilah cikal bakal terbentuknya grup lawak fenomenal “
Warkop DKI” yang awalnya bernama Warkop Prambors yang dibentuk oleh Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil),
Dono
(Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo
Kusumonegoro), yang kemudian terkenal menjadi Warkop DKI yang digawangi
oleh
Dono, Kasino dan Indro. Nanu, Rudy,
Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI)
Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di
Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian
Programming Radio Prambors. Acara lawakan setiap Jumat malam antara
pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang
bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng
Pinggir. Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio
Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar,
dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun
menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk
mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan
Rudy Badil, lalu disusul oleh
Dono
dan Indro. Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak
berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam
panggung (stage fright).
Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah
Dono
mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus
menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat
anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih
pelajar SMA.
Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom
nite) SMA IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar,
alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja,
tidak terlalu sukses. Namun peristiwa pada tahun 1976 itulah pertama
kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000.
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali, namun akhirnya
habis untuk menraktir makan teman-teman mereka. Berikutnya mereka
manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel
komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.
Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop
Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak
Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop
tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks),
yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai
meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang,
setiap personel mendapat no pek goceng (Rp 250.000).
Mereka juga jadi dikenal lewat nama
Dono-Kasino-Indro
atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus
Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki
konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka
mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik
nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop
DKI, untuk menghentikan praktik upeti itu. Setelah puas manggung dan
mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu
laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personel Warkop mulai
meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film
untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun
mereka membintangi minimal 2 judul film pada dekade 1980 dan 1990-an
yang pada masa itu selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru
Masehi dan menyambut Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama
di seluruh Indonesia.
Semasa berada di puncak kejayaan, Indrodjojo "Indro Warkop"
Kusumonegoro, gemar sekali memboyong keluarganya berlibur ke Eropa dan
Australia. Tapi, belakangan ia membawa mereka ke Tanah Suci Mekkah.
"Dulu salah jalan gue," ujar komedian yang namanya berkibar di bawah
bendera Warkop bersama almarhum Dono dan Kasino itu. Tahun 2004 adalah
ibadah umrah Indro yang ketiga. Bahkan, ia menunaikan ibadah haji tahun
sebelumnya. Lelaki kelahiran 8 Mei 1958 itu merasa bahagia bisa
melakukan napak tilas perjalanan Nabi. Setiap kali sampai di multazam,
Indro tak lupa mengucapkan doa khusus untuk Dono dan Kasino. "Mereka
bukan cuma teman bagi gue, bahkan lebih dari saudara," ujarnya kepada
Nordin Hidayat dari Gatra. Rupanya, Indro tak sekadar melakukan napak
tilas perjalanan Nabi. Seusai menunaikan rukun wajib, ia mampir dulu ke
gerai Harley-Davidson Saudi Arabia di Andalus St., Jeddah. Bersama istri
dan ketiga anaknya, Handika "Hade" Indrajanthy Putri, Satya Paramita
"Hada" Dwinita, dan Harleyano "Harley" Triandro, penggila motor gede
(moge) itu membelanjakan 4120 riyalnya (lebih dari Rp 10 juta) untuk
aksesoris moge koleksinya. Bagi pemilik tujuh moge itu, belanja aksesori
Harley buat keluarga ibarat ritual tahunan.
Indro memang menggandrungi Harley Davidson. Berbagai aksesoris motor
besar buatan Amerika itu pun menjadi penghias di ruang tamunya. Ada yang
terbuat dari tembaga dan berbentuk lukisan biasa. Miniatur sepeda tua
di dalam figura kaca, berdiri di meja kiri. Boneka berkepala singa,
terpajang di meja sudut kanan. Menggendarai motor Harley Davidson, hobi
yang mendarah-daging dari keluarganya. Di komunitas Harley Davidson, ia
menjabat sekretaris jenderal cum pendiri pertama Harley Davidson Club
Indonesia (HDCI). Karena kegandrungannya, anak bungsunya ia beri nama
Harley. Motor pertamanya dibeli tahun 1975. Baginya, Warkop adalah darah
daging. Meski sendirian, ia tak ingin Warkop pupus. Ia merasa masih
sebuah keluarga. Keluarga yang harus dipertahankan.
“Warkop kan, tinggal gue doang. Ya, gue yang memberikan saran dan mengawasi kehidupan mereka,”
Banyak kabar mengatakan kalau dirinya berencana membentuk grup baru.
Walaupun saat ini Indro harus berjalan sendiri, dia menegaskan kalau
dirinya tidak pernah berniat mengajak pelawak lain untuk membangun grup
warkop yang baru.
"Yang bisa memisahkan kami bertiga hanya maut. Setelah Dono
dan Kasino tak ada, saya akan melanjutkan grup ini sendiri. Tidak ada
niat buat cari orang karena kami ditakdirkan untuk bertiga saja,”
ujarnya menjelaskan.
Referensi :
-
http://kolom-biografi.blogspot.com/
- massandry.blogspot.com/2012/07/tokoh-komedi-warkop-dki-dono.html
- http://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/indro-bertekad-lanjutkan-perjalanan-warkop-sendiri-lu6s1y3.html
- id.wikipedia.org/wiki/Indro_(Warkop)