Selasa, 11 Februari 2014

Misteri 9 Istri Presiden Sukarno

Bung Karno / Sukarno / Soekarno

Misteri 9 Istri Presiden Sukarno

misteri 9 istri sukarno soekarno suharto presiden sby header
Mungkin sebagian orang bingung, mengapa diberi judul misteri? Karena tak semua rakyat Indonesia tahu, berapa tepatnya istri Presiden pertama Indonesia ini. Ada yang bilang empat istri atau ada juga yang bilang lima istri.
Yang resmi diketahui selama ini, Presiden Soekarno tercatat memiliki sembilan orang istri selama hidupnya. Soekarno memang dinilai sebagai seorang Don Juan yang selalu memesona wanita. Berkali-kali diakui oleh Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik.
Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita bertekuk lutut.
Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap gallant atau sopan dan hangat pada setiap wanita.
soekarno-waktu-masih-kecil
Tak peduli wanita itu tua atau muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya.
Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Sukarno menghormati wanita, juga sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.
Berdasarkan catatan sejarah, sembilan istri Soekarno adalah Siti Utari Tjokroaminoto yang dikawini tahun 1920 dan berpisah pada tahun 1923. Kemudian Inggit Garnasih yang mendampingi Soekarno selama kurun 1923 hingga 1943.
Selanjutnya Fatmawati yang disunting pada tahun 1943 dan tidak pernah diceraikan hanya meninggalkan Istana Merdeka begitu Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1954. Hartini mendampingi hingga Soekarno wafat pada 21 Juni 1970.

sukarno sungkem ibundaSukarno sungkem kepada ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.

        Soekarno juga menikahi Kartini Manoppo pada tahun 1959 hingga 1967. Juga ada Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi yang dinikahi pada 1962 dan Haryati 1963 hingga 1966.
Dua nama terakhir yang menjadi istri Soekarno adalah Yurike Sanger yang dinikahi tahun 1964 dan Heldy Djafar pada tahun 1966.
Dari sembilan istrinya tersebut, total ada sepuluh anak yang ‘resmi’ diakui sebagai anak Bung Karno. Dari Fatmawati, Bung Karno dikaruniai 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.
Sedangkan dari Hartini, ada dua anak Bung Karno yakni Taufan dan Bayu. Dari Ratna Sari Dewi lahirlah Kartika. Demikian juga dari Haryati lahirlah Ayu, dan anak terakhir Soekarno berasal dari Kartini Manoppo yang diberi nama Totok.
Berikut kesembilan istri syah Sukarno:
  1. Oetari (1921–1923)
  2. Inggit Garnasih (1923–1943)
  3. Fatmawati (1943–1956)
  4. Hartini (1952–1970)
  5. Kartini Manoppo (1959–1968)
  6. Ratna Sari Dewi (1962–1970)
  7. Haryati (1963–1966)
  8. Yurike Sanger (1964–1968)
  9. Heldy Djafar (1966–1969)
Indo Crop Circles mencoba menguaknya dari berbagai sumber mulai dari wikipedia, beberapa situs luar negeri dan wartawan merdeka.com Laurencius Simanjuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian Fadillah. Berikut sembilan wanita yang bertekuk lutut dan dipersunting Soekarno.

1. Oetari Tjokroaminoto (Siti Oetari) – (1921–1923)

oetari-tjokroaminoto
Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama Soekarno sekaligus putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam yang juga sebagai guru Soekarno.
Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya.
Soekarno kepada Utari Tjokroaminoto :
“Lak, tahukah engkau bakal istriku kelak.? … orangnya tidak jauh dari sini, kau ingin tau? boleh..Orangnya dekat sini kau tak usah beranjak, karena orangnya ada di sebelahku”
Utari Tjokroaminoto1Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto, Jl Peneleh II/27 Surabaya, ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas.
Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.
Soekarno tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu pula Oetari.
Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti kakak-adik.
Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB).
Pernikahan Soekarno dan Oetari tidak bertahan lama. Soekarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik tak lama setelah kuliah di Bandung.

2. Inggit Garnasih – (1923–1943)

Inggit Garnasih 2
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.
inggit garnasih sukarnoKala itu Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.
Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.
Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda.
Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan Haji Sanusi pun tidak bahagia.
Pada sosok Inggit Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.
Soekarno kepada Inggit Garnasih :
“Aku kembali ke Bandung.., dan kepada tjintaku yang sesungguhnya.”
Inggit GarnasihInggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun. Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak.
Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.
Sayang, setelah 20 tahun berumah tangga, bahkan dengan setia nunut Bung Karno hingga ke Ende dan Bengkulu, Inggit harus rela berpisah.
Karena si Bung terpikat pada Fatmawati, yang pernah ikut mondok dalam rumah tangga mereka saat di Bengkulu.
Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.
Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.

3. Fatmawati (Fatimah) - (1943–1956)

fatmawati
Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda. Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung.
Soekarno kepada Fatmawati :
“Engkau menjadi terang dimataku. Kau yang akan memungkinkan aku melanjutkan perdjuanganku yang maha dahsyat.”
Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.
sukmawati-sukarnoTapi kebahagiaannya sebagai pendamping Bung Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Sebab, belum genap dua hari ia melahirkan Guruh, Sukarno mendekat sambil berkata lirih, “Fat, aku minta izinmu, aku akan kawin dengan Hartini.”
Pada tahun 80-an lalu, kehendak Fatmawati menemui Inggit di Jalan Ciateul Nomor 8, Bandung, seperti tertulis dalam buku “Fatmawati Sukarno: The First Lady” karya Arifin Suryo Nugroho, terwujud berkat bujuk rayu mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Ali menemui Inggit pada 7 Februari 1980 untuk menjajaki kemungkinan menerima kehadiran Fatmawati, yang telah 38 tahun tak lagi berkomunikasi. Di hadapan Inggit yang telah sepuh itu, Fatmawati Sukarno bersimpuh.
“Indung mah lautan hampura (seorang ibu adalah lautan maaf),” kata Fatmawati. Inggit yang telah sepuh itu membalas sambil memeluk dan mengelus kepala Fatmawati.
“Hanya, ke depan,  jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit,” jelas Inggit, istri yang cuma bisa memberi tanpa mau meminta kepada suaminya.
bung-karno-fatmawati
Sambil berurai air mata, Fatmawati bersujud menciumi kedua kaki Inggit.
Dengan terbata-bata, Fatmawati meminta maaf karena telah menjalin tali kasih dan menikah dengan Sukarno.
Bagi Fatmawati, kehendaknya menemui mantan ibu angkatnya Inggit, seolah menjadi penyuci diri.
Pada 14 Mei 1980 Fatmawati meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah, lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
Dari Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima orang anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

4. Hartini – (1952–1970)

hartini
Hartini adalah wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno. Hartini lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 20 September 1924. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan beliau diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung.
Hartini melanjutkan pendidikan di Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Suwondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun dengan lima orang anak.
Saat dipinang oleh sang proklamator pada 1953, Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda lima anak.
Soekarno kepada Hartini :
“Tien, I can’t work without you. Meski kamu istri kedua (setelah Fatmawati-red), kamu tetap istri saya yang sah. Biarpun kamu tidak tinggal di Istana Negara, kamu tetap mejadi ratu. Kamu akan menjadi ratu yang tidak bermahkota di Istana Bogor.” (saat meminta Hartini menjadi istrinya)
sri-hartiniPernikahan keduanya diawali  tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.
Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.
Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.
Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini.
Kepada Tempo edisi 22 September 1999 lalu, Hartini menepis tudingan publik bahwa dirinya telah merebut Bung Karno dari Fatmawati. Untuk bersedia menerima pinangan Bung Karno yang bertubi-tubi, dia harus membayarnya dengan amat mahal. Sebab, hampir semua media dan aktivis perempuan kala itu menyudutkan dirinya, dan lebih membela Fatmawati.
hartini-sukarno“Benar, sudah ada Ibu Fatmawati, sang first lady, ketika saya menikah dengan Bung Karno. Tapi, setelah saya, juga ada Dewi,” ujar Hartini.
Sukarno dan Hartini
Dan, kalau dirinya dikatakan merebut Bung Karno dari Ibu Fat, ia melanjutkan, bukankah Ibu Fat juga merebut Bung Karno dari Ibu Inggit, dan Ibu Inggit merebutnya dari Ibu Tari (Oetari)?
Lalu, setelah Dewi, bukankah masih ada lagi Haryatie, Yurike, dan belum pacar-pacar yang lain? Jadi semuanya sama. Yang membedakan, hanya ada satu first lady.
“Saya tidak merebut Bung Karno. Saya menjalani takdir yang digariskan hidup,” Hartini menegaskan.
Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra.
Hartini tetap menjadi istri saat masa kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja. Hartini juga tetap mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno.
Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970. Hartini meninggal di Jakarta, 12 Maret 2002 pada umur 77 tahun.

5. Kartini Manoppo – (1959-1968)

kartini-manoppoSosok wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Kartini Manoppo menjadi istri Bung Kerno yang kelima. Keduanya menikah pada tahun 1959.
Soekarno kepada Kartini Manoppo :
“Aku mencintai kamu, aku ingin kau membalas cintaku….sekarang juga saya minta kepastian darimu ya atau tidak”
kartini-manoppo 02Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah.
Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi.
Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.
Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967.




6. Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) – (1962–1970)

naoko nemoto ratna-sari-dewiRatna Sari Dewi adalah wanita keenam yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun.
Soekarno kepada Ratna Sari Dewi :
“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”
bung-karno-dan-ratna-sari-dewi
Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo.
Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer.
Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.
Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta.
Dalam ‘A Life in the Day of Madame Dewi’ diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, ia kemudian pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat. Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.
dewi sukarno putri dan Kartika Sari Dewi Soekarno
Ratna Sari Dewi dan anaknya yang masih bayi dari pernikahannya dengan Sukarno, Kartika Sari Dewi Soekarno.
Pada bulan Januari 1992, Dewi menjadi terlibat di dalam banyak perkelahian dipublikasikan di sebuah pesta di Aspen, Colorado, Amerika Serikat dengan sesama tokoh masyarakat internasional dan ahli waris Minnie OsmeƱa, putri mantan presiden Filipina.
dewi sukarno putri 02
Dewi juga pernah membuat kontroversi pada 1998, ia berpose untuk sebuah buku foto berjudul Madame Syuga.
Di dalam buku Madame Syuga yang diterbitkan di negara asalnya tersebut, pada isinya menampilkan sebagian foto-foto dirinya yang sedang berpose artistik setengah bugil, dan memperlihatkan tato-tato pada tubuhnya.
Bukunya untuk sementara tidak didistribusikan di Indonesia dan segera dilarang karena bisa jadi akan membuat banyak orang Indonesia merasa tersinggung dengan apa yang dianggap mencemarkan nama baik Sukarno dan warisannya.
Dari Soekarno yang ketika itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.
SBY dan Dewi Sukarno
SBY dan Ratna Sari Dewi Sukarno

7. Haryati – (1963 – 1966)

haryatiSebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian.
haryati sukarno 2012
Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.
Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak Arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu.
Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.
Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara.
Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963.
Soekarno kepada Haryati:
“Yatie adiku wong aju, iki lho alrodji sing berkarat kae. Kuliknakna nganggo, mengko sawise sasasi rak weruh endi sing kok pilih: sing ireng, apa sing dek mau kae, apa sing karo karone?
Dus; mengko sesasi engkas matura aku. (dadi senadjan karo karone kok senengi, aku ja seneng wae). Masa ora aku seneng! Lha wong sing mundhut wanodja palenging atiku kok! Adja maneh sakados alrodji, lha mbok apa apa ja bakal tak wenehke.”
Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.

8. Yurike Sanger – (1964 – 1968)

yurike-sanger 01Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.
Soekarno kepada Yurike Sanger :
“Yury,
I came to you today,
but were out (to Wisma School)
I came only to say “I love you”
 Yours,
Soekarno.”
(Yurike Sanger, saat itu masih berstatus pelajar SMA )
Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.
Yurike Sanger 2013Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurike.
Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike.
Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat. Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi.
Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso (sekarang, Musium Satria Mandala – pen.) menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta. ( video wawancara dengan Yurike |1| |2| )

9. Heldy Djafar – (1966 – 1969)

bung-karno-heldy-djafarheldy-djafarHeldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.
Soekarno kepada Heldy Jafar :
“Dear dik Heldy,
I am sending you some dollars,
Miss Dior, Diorissimo, Diorama
of course also my love,
Mas.”
(Saat itu kekuasaan Soekarno mulai pudar)
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu.
Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso (sekarang, Musium Satria Mandala – pen.), di Jalan Gatot Subroto.
Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.
Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor.
Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.
Diangkat ke Layar Lebar
Yurike SangerTotal, Bung Karno sembilan kali resmi menikah. Dari istri pertama Siti Utari, hingga wanita terakhir yang dinikahinya, Heldy Djafar. Pengalaman hidup kisah percintaan sang proklamator terhadap keseembilan istrinya tersebut akhirnya diangkat ke layar lebar dengan judul ‘9 Reasons’.

Pevita Pearce sebagai Yurike dalam film “9 Reasons”.
Film 9 Reasons ini mengisahkan tentang 9 wanita utama di dalam kehidupan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bung Karno memang terkenal senang dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik dan mempunyai banyak istri.
Di film ini akan diungkapkan kenapa beliau sangat mengagumi perempuan dan akhirnya menikahi mereka dengan berbagai alasan.
8 dari 9 wanita itu adalah Utari Tjokroaminoto, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Dewi, Yurike, dan Hariyati. Berbagai intrik di dalam rumah tangganya tentu menarik untuk di simak.
Para pemain film 9 Reasons: Tio Pakusadewo sebagai Soekarno, Acha Septriasa sebagai Utari Tjokroaminoto, Revalina S. Temat sebagai Fatmawati, Wulan Guritno sebagai Kartini Manoppo, Lola Amaria sebagai Hartini, Happy Salma sebagai Inggit Ganarsih, Mariana Renata sebagai Dewi, Pevita Pearce sebagai Yurike, Putri Aribowo sebagai Hariyati.
9 reasons wanita sukarno
Selain film ’9 Reasons’, kisah perjalanan Sang Proklamator juga diangkat dalam sebuah film berjudul sama dengan nama proklamator ini, berjudul: Soekarno. Film besutan tahun 2013 ini ditayangkan pada bulan Desember 2013 (lihat trailernya dibawah halaman).
Namun kembali kepada kesembilan istri, di luar kesembilan janda-janda cantik tersebut juga ada sejumlah wanita juga mengaku pernah dinikahi Soekarno dan sempat mempunyai anak. Tapi tidak ada bukti kuat ataupun catatan dokumen apapun mengenai mereka.
Salah satu alasan mereka tak mempunyai bukti kuat adalah karena kebanyakan dari mereka selama puluhan tahun ini tetap berusaha untuk “bersembunyi” dimasa Orde Baru. Itu semua akibat ketakutan mereka pada masa rezim 32 tahun itu. Hingga kini beberapa yang merasa sebagai mantan istri dan anaknya, ada yang masih hidup.
Maharani Misma Susanna Siregar
Siti Aisyah Margaret Rose, mengaku kalau ibunya, Maharani Misma Susanna Siregar merupakan istri keempat Bung Karno. Versi Aisyah, Soekarno menikahi ibunya pada 18 September 1958 di Istana Merdeka.
Maharani Misma Susanna Siregar dan AisyahEntah dari mana asal muasalnya, dia menambah nama belakangnya dengan Soekarnoputri. Namun hingga kini tidak ada bukti otentik yang menunjukkan kalau Aisyah yang kerap disapa Bunda Aisyah itu, memang anak biologis sang proklamator.

Maharani Misma Susanna Siregar (kiri) dan anaknya Aisyah (kanan)
Namun Aisyah seperti lupa, mengklaim sebagai anak Soekarno tetapi perilakunya malah menindas rakyat kecil.
Hanya karena enam piringnya hilang, dia menuduh Rasminah yang bekerja di rumahnya sebagai pencuri. Tanpa basa-basi kasus sepele itu dibawa ke jalur hukum.
Sebagai orang kecil, Rasmiah harus menahan pedih di penjara dan kasusnya berlanjut sampai ke meja hijau. Beruntung hakim Pengadilan Negeri Tangerang masih memiliki nurani, Rasmiah divonis bebas. Namun oleh MA Rasmiah dihukum 130 hari.
Setelah Rasmiah bebas, keadaan justru berbalik. Bunda Aisyah kena batunya. Dia ditangkap polisi atas tuduhan melakukan penipuan terhadap 313 orang calon haji. Dengan suaminya RSAW (56), Aisyah ditangkap di Salatiga, Jawa Tengah, pada Jumat (4/11/2012) lalu.
Dari tangan keduanya, polisi hanya menemukan 313 paspor dalam sebuah kardus. Sementara uang milik korban telah raib. Kedua tersangka dijerat Pasal 378 dan atau 372 KUHP jo 55 ayat (1) tentang penipuan dan atau penggelapan.
Jetje Langelo
Gempar Soekarnoputra yang sosoknya mirip Soekarno muda, apalagi jika memakai peci mengaku ia merupakan anak dari istri Bung Karno yang bernama Jetje Langelo yang dinikahi di Manado 1957.
Gempar Soekarnoputra dan sukarnoIbunda Gempar adalah putri kecantikan dan siswa teladan se-Sulawesi tahun 1953 di Manado. Gempar lahir pada 13 Januari 1958. Dari kecil hingga dewasa, dia menggunakan nama Charles Christofel.


Saat menjelang kejatuhan Orde Baru dan demonstrasi mahasiswa begitu kencang, Charles ikut turun ke jalan menyerukan agar Soeharto turun dari kekuasaan. Sang ibu kemudian memanggil anaknya pulang ke Manado.
Dalam pertemuan yang terjadi pada Natal 1999, Charles mendapatkan kabar mengejutkan. “Kamu adalah anak Soekarno.” Begitu kata-kata Jetje yang dikenang Charles.
Ibundanya kemudian menjelaskan panjang lebar mengapa hal ini dirahasiakan setelah puluhan tahun.
Hal itu tak lain karena amanat Soekarno sendiri yang menginginkan anaknya diamankan, jika sewaktu-waktu kekuasaannya jatuh.
Apalagi pada awal-awal pemerintahan Orde Baru, kata Jetje, ada operasi militer yang hendak menumpas sisa-sisa rezim Orde Lama.
Tak hanya menjelaskan, Jetje juga menunjukkan berbagai bukti yang selama ini disembunyikan. Seperti foto-foto, surat-surat, tongkat komando, keris, serta amanat yang ditulis oleh tangan Soekarno sendiri.
gempar-soekarno-putraDalam amanat tertulis permintaan agar sang anak kelak pada saatnya ia sudah dewasa berpolitik dinamai: Muhammad Fatahillah Gempar Soekarnoputra. “Kutitipkan bangsa dan negara kepadanya!”

Gempar Soekarnoputra
Menurut Gempar, ada beberapa pejabat dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini, seperti Mayor Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta), Ibnu Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), dan Ali Sadikin.
Meski awalnya ragu, perlahan-lahan Charles Christofel mulai menerima kenyataan bahwa dirinya adalah salah satu keturunan dari Bung Karno.
Dia kemudian mengubah identitas namanya menjadi Muhammad Gempar Soekarnoputra. Dia pun mulai gemar memakai pakaian ala Bung Karno, lengkap dengan peci dan kacamata hitam saat bertemu publik.
Terjun ke dunia politik, pada pemilu legislatif 2004 Gempar mendirikan Partai Nasionalis Indonesia Bersatu (PNIB). Namun tidak lolos verifikasi KPU dan gagal menjadi peserta pemilu.
Gempar kemudian mendirikan Partai Barisan Nasional (Barnas) menjelang pemilu 2004 bersama sejumlah tokoh mantan pendiri Partai Demokrat. Dia menjadi wakil ketua umum dengan ketua Vence Rumangkang. Belakangan, saat kepengurusan Partai Barnas pecah, Gempar menjadi ketua dewan pembina Partai Barnas yang diketuai William Jaya Kusli.
Marilyn Monroe
2lurh41
http://ecx.images-amazon.com/images/I/41G4t3ncVML._SY344_PJlook-inside-v2,TopRight,1,0_SH20_BO1,204,203,200_.jpgPertemuan antara Soekarno dan Marilyn Monroe dalam sebuah pesta itu telah menjadi isu di kalangan pejabat elite AS. Bagaimana tidak, Soekarno dikenal sebagai seorang ‘penggemar’ wanita, sementara bintang Hollywood itu merupakan sang penggoda ulung.
Celebrity Secrets: Official Government Files on the Rich and Famous
Tak banyak yang tahu, apa yang dibicarakan Bung Karno dan Monroe dalam perjamuan di Beverly Hills Hotel akhir Mei 1956 itu.
Meski demikian, rumor tentang apa yang terjadi setelah pertemuan itu tetap saja santer.
Dalam ‘Celebrity Secrets: Official Government Files on the Rich and Famous’, Anthony Summers, seorang yang mempunyai otoritas menulis tentang Monroe, menyatakan:
“Selama syuting Bus Stop, 1956, Marilyn bertemu dengan Presiden Indonesia, Achmed Sukarno…. Dia ingin memberitahu temannya Robert Slatzer bahwa ia dan Soekarno telah ‘menghabiskan malam bersama’.”
sukarno monroeDalam buku yang mengklaim berbasis data FBI itu, Summers mengungkapkan apapun yang terjadi pada pertemuan itu tidak ada yang berlalu tanpa diketahui oleh CIA, agen rahasia AS.
“Dalam tahun-tahun itu, Indonesia menjulang sebagaimana Vietnam dalam pantauan Washington sebagai prioritas di Asia,” demikian tulis buku karya Nick Redfern dan Nicholas Redfern itu.

Sukarno dan Marilyn Monroe
Buku ini juga mengungkapkan, pada 1957 dan 1958 sebuah rekaman menunjukkan CIA terlibat pada semua jenis kejahatan untuk mendongkel Soekarno, “Yang dipandang bertanggung jawab mengarahkan negaranya pada komunisme.”
Meski demikian, masih menurut buku itu, ketika AS merasa butuh untuk menjilat Soekarno, CIA bermimpi untuk menggunakan seks dalam bentuk Marilyn Monroe. “Agar sang diktator merasa dihormati.”
https://d202m5krfqbpi5.cloudfront.net/books/1347831246l/421869.jpgMenurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, dikutip dari buku ‘Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe’, karangan Anthony Summer, ada pertemuan lanjutan antara Soekarno dan Monroe setelah malam itu.
Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe
“Ada upaya untuk membuat Soekarno terus bersama Monroe,” kata Joseph Smith.
“Pertengahan 1958, saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang,” tambah Joseph Smith di buku itu.
Soal kebenaran pernyataan Smith itu, sampai sekarang masih jadi misteri. Begitu juga soal kebenaran informasi Monroe dekat atau merupakan agen CIA.
Selain Marilyn Monroe, masih ada isyu-isyu wanita lain seputar presiden Sukarno, termasuk pada saat lawatan-lawatannya di beberapa negara termasuk di Russia.
Namun semua itu hanya info sepenggal saja, pihak dari negara-negara tersebut tidak pernah mau mengungkapkannya secara terbuka.
Seorang wanita yang dilimpahi aliran cinta yang bergelora, harus tabah menyaksikan padamnya api asmara, tatkala Sukarno terpikat pada wanita lain. (sumber: merdeka.com / wikipedia/ berbagai sumber dari dalam dan luar negeri/ editor: IndoCropCircles )


silsilah-sukarno
sby lukisan sukarno

Artikel Terkait Lainnya:

Senin, 10 Februari 2014

SEJARAH ASAL USUL WAYANG

Sejarah Wayang di Indonesia

Wayang Kulit
Asal-usul dan perkembangan wayang tidak tercatat secara akurat seperti sejarah. Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam kehidupan masyarakat. Wayang akrab dengan masyarakat sejak dahulu hingga sekarang, karena memang wayang itu merupakan salah satu buah usaha akal budi bangsa Indonesia. Wayang tampil sebagai seni budaya tradisional, dan merupakan puncak budaya daerah.
Menelusuri asal-usul wayang secara ilmiah memang bukan hal yang mudah. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini banyak para cendikiawan dan budayawan berusaha meneliti dan menulis tentang wayang. Ada persamaan, namun tidak sedikit yang saling-silang pendapat. Hazeu berbeda pendapat dengan Rassers begitu pula pandangan dari pakar Indonesia seperti K.p.a. Kusumadilaga, Ranggawarsita, Suroto, Sri Mulyono dan lain-lain.
Pegelaran Wayang Kulit Jadul
Namun semua cendikiawan tersebut jelas membahas wayang Indonesia dan menyatakan bahwa wayang itu sudah ada dan berkembang sejak zaman kuna, sekitar tahun 1500 SM, jauh sebelum agama dan budaya dari luar masuk ke Indonesia.
Jadi, wayang dalam bentuknya yang masih sederhana adalah asli Indonesia, yang dalam proses perkembangan setelah berseniuhan dengan unsur-unsur lain, terus berkembang maju sehingga menjadi ujud dan isinya seperti sekarang ini. Sudah pasti perkembangan itu tidak akan berhenti, melainkan akan berlanjut di masa-masa mendatang.
Wayang yang kita lihat sekarang ini berbeda dengan wayang pada masa lalu, begitu pula wayang di masa depan akan berubah sesuai zamannya. Tidak ada sesuatu seni budaya yang mandeg. Seni budaya akan selalu berubah dan berkembang, namun perubahan seni budaya wayang ini tidak berpengaruh terhadap jati dirinya, karena wayang telah memiliki landasan yang kokoh. Landasan utamanya adalah sifat "hamot, hamong, hamemangkat yang menyebabkannya memiliki daya tahan dan daya kembang wayang sepanjang zaman.
Hamot adalah keterbukaan untuk menerima pengaruh dan masukan dari dalam dan luar; Hamong adalah kemampuan untuk menyaring unsur-unsur baru itu sesuai nilai-nilai wayang yang ada, untuk selanjutnya diangkat menjadi nilai-nilai yang cocok dengan wayang sebagai bekal untuk bergerak maju sesuai perkembangan masyarakat.
 
Hamemangkat atau memangkat sesuatu nilai menjadi nilai baru. Dan, ini jelas tidak mudah. Harus melalui proses panjang yang dicerna dengan cermat. Wayang dan seni pedalangan sudah membuktikan kemampuan itu, berawal dari zaman kuna, zaman Hindu, masuknya agama Islam, zaman penjajahan hingga zaman merdeka, dan pada masa pembangunan nasional dewasa ini. Kehidupan global juga merupakan tantangan dan sudah barang tentu wayang akan diuji ketahanannya dalam menghadapinya.

Periodisasi
( pembabakan suatu masa )
Periodisasi perkembangan budaya wayang juga merupakan bahasa yang menarik. Bermula zaman kuna ketika nenek moyang bangsa Indonesia masih menganut animisme dan dinamisme. Dalam kepercayaan animisme dan dinamisme ini diyakini roh orang yang sudah meninggal masih tetap hidup, dan semua benda itu bernyawa serta memiliki kekuatan. Roh-roh itu bisa bersemayam di kayu-kayu besar, batu, sungai, gunung dan lain-lain. Paduan dari animisme dan dinamisme ini menempatkan roh nenek moyang yang dulunya berkuasa, tetap mempunyai kuasa. Mereka terus dipuja dan dimintai pertolongan. Untuk memuja roh nenek moyang ini, selain melakukan ritual tertentu mereka mewujudkannya dalam bentuk gambar dan patung Roh nenek moyang yang dipuja ini disebut "hyang" atau "dahyang".
Orang bisa berhubungan dengan para hyang ini untuk minta pertolongan dan perlindungan, melalui seorang medium yang disebut syaman’. Ritual pemujaan nenek moyang, hyang dan syaman inilah yang merupakan asal mula pertunjukan wayang. Hyang menjadi wayang, ritual kepercayaan itu menjadi jalannya pentas dan syaman menjadi dalang. Sedangkan ceritanya adalah petualangan dan pengalaman nenek moyang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Asli yang hingga sekarang masih dipakai. Jadi, wayang itu berasal dari ritual kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia di sekitar tahun l500 SM.
Berasal dari zaman animisme, wayang terus mengikuti perjalanan sejarah bangsa sampai pada masuknya agama Hindu di Indonesia sekitar abad keenam. Bangsa Indonesia mulai berseniuhan dengan peradaban tinggi dan berhasil membangun kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara, bahkan Sriwijaya yang besar dan jaya. Pada masa itu wayang pun berkembang pesat, mendapat pondasi yang kokoh sebagai suatu karya seni yang bermutu tinggi.
Pertunjukan roh nenek moyang itu kemudian dikembangkan dengan cerita yang lebih berbobot, Ramayana dan Mahabarata. Selama abad X hingga XV, wayang berkembang dalam rangka ritual agama dan pendidikan kepada masyarakat. Pada masa ini telah mulai ditulis berbagai cerita tentang wayang. Semasa kerajaan Kediri, Singasari dan Majapahit kepustakaan wayang mencapai puncaknya seperti tercatat pada prasasti di candi-candi, karya sastra yang ditulis oleh Empu Sendok, Empu Sedah, Empu Panuluh, Empu Tantular dan lain-lain. Karya sastra wayang yang terkenal dari zaman Hindu itu antara lain Baratayuda, Arjuna Wiwaha, Sudamala, sedangkan pergelaran wayang sudah bagus, diperkaya lagi dengan penciptaan peraga wayang terbuat dari kulit yang dipahat, diiringi gamelan dalam tatanan pentas yang bagus dengan cerita Ramayana dan Mahabarata. Pergelaran wayang mencapai mutu seni yang tinggi sampai sampai digambarkan "Hannonton ringgit menangis esekel", tontonan wayang sangat mengharukan.
Wayang Orang
Menarik untuk diperhatikan Cerita Ramayana dan Mahabarata yang asli berasal dari India, telah diterima dalam pergelaran wayang Indonesia sejak zaman Hindu hingga sekarang. Wayang seolah-olah identik dengan Ramayana dan Mahabarata. Namun perlu dimengerti bahwa Ramayana dan Mahabarata versi India itu sudah banyak berubah. Berubah alur ceritanya; kalau Ramayana dan Mahabarata India merupakan cerita yang berbeda satu dengan lainnya, di Indoenesia menjadi satu kesatuan. Dalam pewayangan cerita itu bermula dari kisah Ramayana terus bersambung dengan Mahabarata, malahan dilanjutkan dengan kisah zaman kerajaan Kediri. Mahabarata asli berisi 20 parwa, sedangkan di Indonesia tinggal 18 parwa. ( artikel, cerita, kesusastraan Jawa Kuna ).
Yang sangat menonjol perbedaannya adalah falsafah yang mendasari kedua cerita itu. Lebih-lebih setelah masuknya agama Islam. Falsafah Ramayana dan Mahabarata yang Hinduisme diolah sedemikian rupa sehingga menjadi diwarnai nilai-nilai agama Islam. Hal ini antara lain tampak pada kedudukan dewa, garis keturunan yang patriarkhat, dan sebagainya. Wayang diperkaya lagi dengan begitu banyaknya cerita gubahan baru yang bisa disebut lakon "carangan", maka Ramayana dan Mahabarata benar-benar berbeda dengan aslinya. Begitu pula, Ramayana dan Mahabarata dalam pewayangan tidak sama dengan Ramayana dan Mahabarata yang berkembang di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan di tempat-tempat lainnya. Ramayana dan Mahabarata dari India itu sudah menjadi Indonesia karena diwarnai oleh budaya asli dan nilai-nilai budaya yang ada di Nusantara.
Rama & Shinta
Di Indonesia, walaupun cerita Ramayana dan Mahabarata sama-sama berkembang dalam pewayangan, tetapi Mahabarata digarap lebih tuntas oleh para budayawan dan pujangga kita. Berbagai lakon carangan  dan sempalan, kebanyakan mengambil Mahabarata sebagai inti cerita.
Masuknya agama Islam di Indonesia pada abad ke-15, membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Begitu pula wayang telah mengalami masa pembaharuan. Pembaharuan besar-besaran, tidak saja dalam bentuk dan cara pergelaran wayang, melainkan juga isi dan fungsinya. Berangkat dari perubahan nilai-nilai yang dianut, maka wayang pada zaman Demak dan seterusnya telah mengalami penyesuaian dengan zamannya. Bentuk wayang yang semula realistik proporsional seperti tertera dalam relief candi-candi, distilir menjadi bentuk imajinatif seperti wayang sekarang ini. Selain itu, banyak sekali tambahan dan pembaharuan dalam peralatan seperti kelir atau layar, blencong, atau lampu, debog yaitu pohon pisang untuk menancapkan wayang, dan masih banyak lagi.


Para wali dan pujangga Jawa mengadakan pembaharuan yang berlangsung terus menerus sesuai perkembangan zaman dan keperluan pada waktu itu, utamanya wayang digunakan sebagai sarana dakwah Islam. Sesuai nilai Islam yang dianut, isi dan fungsi wayang telah bergeser dari ritual agama (Hindu) menjadi sarana pendidikan, dakwah, penerangan, dan komunikasi massa. Ternyata wayang yang telah diperbaharui kontekstual dengan perkembangan agama Islam dan masyarakat, menjadi sangat efektif untuk komunikasi massa dalam memberikan hiburan serta pesan-pesan kepada khalayak. Fungsi dan peranan ini terus berlanjut hingga dewasa ini.

gambar Sunan Kalijaga


Dalang Wanita Cantik
Perkembangan wayang semakin meningkat pada masa setelah Demak, memasuki era kerajaan-kerajaan Jawa seperti Pajang, Mataram, Kartasura, Surakarta, dan Yogyakarta. Banyak sekali pujangga-pujangga yang menulis tentang wayang, menciptakan wayang-wayang baru. Para seniman wayang banyak membuat kreasi-kreasi yang kian memperkaya wayang.
Begitu pula para dalang semakin profesional dalam menggelar pertunjukan wayang, tak henti-hentinya terus mengembangkan seni tradisional ini. Dengan upaya yang tak kunjung henti ini, membuahkan hasil yang menggembirakan dan membanggakan, wayang dan seni pedalangan menjadi seni yang bermutu tinggi, dengan sebutan "Adiluhung". Wayang terbukti mampu tampil sebagai tontonan yang menarik sekaligus menyampaikan pesan-pesan moral keutamaan hidup. Dari landasan perkembangan wayang tersebut di atas, tampak bahwa memang wayang itu berasal dari pemujaan nenek moyang pada zaman kuna, dikembangkan pada zaman Hindu, kemudian diadakan pembaharuan pada zaman masuknya agama Islam dan terus mengalami perkembangan dari zaman kerajaan-kerajaan Jawa, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan hingga kini.
 

Indonesia Asli

Asal-usul wayang menjadi jelas, asli Indonesia yang berkembang sesuai budi daya masyarakat dengan Wayang Indonesia memiliki ciri khas yang merupakan jatidirinya. Sangat mudah dibedakan dengan seni budaya sejenis yang berkembang di India, Cina, dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Tidak saja berbeda bentuk serta cara pementasannya, cerita Ramayana dan Mahabarata yang digunakan juga bisa berbeda. Cerita terkenal ini sudah digubah sesuai nilai dan kondisi yang hidup dan berkembang di Indonesia.
Keaslian wayang bisa ditelusuri dari penggunaan bahasa seperti wayang, kelir, blencong, kepyak, dalang, kotak, dan lain-lain. Kesemuanya itu bahasa Jawa Asli. Berbeda misalnya dengan cempala yaitu alat pengetuk kotak, adalah bahasa Sansekerta. Wayang asli menerima pengaruh dari India. Bahasa dalam wayang ini terus berkembang secara pelan namun pasti dari bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi, bahasa Jawa Baru dan bukan tidak mungkin kelak wayang ini akan menggunakan bahasa Indonesia. Wayang selalu menggunakan bahasa campuran yang biasa disebut 'basa rinengga' maksudnya bahasa yang telah disusun indah sesuai kegunaannya. Dalam seni pedalangan, kedudukan sastra amat penting dan harus dikuasai dengan baik oleh para dalang.

Sendratari Ramayana
Bentuk peraga wayang juga mengujudkan keaslian wayang Indonesia, karena bentuk stilasi peraga wayang yang imajinatif dan indah itu merupakan proses panjang seni kriya wayang yang dilakukan oleh para pujangga dan seniman perajin Indonesia sejak dahulu. Begitu majunya dan seni rupa, wayang sudah mencapai tingkat 'sempurna'. Penilaian ini obyektif, tidak berlebihan, apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk peraga wayang atau seni boneka dari mancanegara.

Syarat dengan Falsafah

 

Kekuatan utama budaya wayang, yang juga merupakan jati dirinya, adalah kandungan nilai falsafahnya. Wayang yang tumbuh dan berkembang sejak lama itu ternyata berhasil menyerap berbagai nilai-nilai keutamaan hidup dan terus dapat dilestarikan dalam berbagai pertunjukan wayang.
Bertolak dari pemujaan nenek moyang, wayang yang sudah sangat religius, mendapat masukan agama Hindu, sehingga wayang semakin kuat sebagai media ritual dan pembawa pesan etika. Memasuki pengaruh agama Islam, kokoh sudah landasan wayang sebagai tontonan yang mengandung tuntutan yaitu acuan moral budi luhur menuju terwujudnya 'akhlaqulkarimah'.
Proses akulturasi kandungan isi wayang itu meneguhkan posisi wayang sebagai salah satu sumber etika dan falsafah yang secara tekun dan berlanjut disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu ada pendapat, wayang itu tak ubahnya sebagai buku falsafah, yaitu falsafah Nusantara yang bisa dipakai sumber etika dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.
Wayang bukan lagi sekedar tontonan bayang-bayang atau 'shadow play, melainkan sebagai 'wewayangane ngaurip' yaitu bayangan hidup manusia. Dalam suatu pertunjukan wayang, dapat dinalar dan dirasakan bagaimana kehidupan manusia itu dari lahir hingga mati. Perjalanan hidup manusia untuk berjuang menegakkan yang benar dengan mengalahkan yang salah. Dari pertunjukan wayang dapat diperoleh pesan untuk hidup penuh amal saleh guna mendapatkan keridloan Illahi.
Wayang juga dapat secara nyata menggambarkan konsepsi hidup 'sangkan paraning dumadi', manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali keharibaan-Nya. Banyak ditemui seni budaya semacam wayang yang dikenal dengan 'puppet show’, namun yang seindah dan sedalam maknanya sulit menandingi Wayang Kulit Purwa.
Itulah asal-usul wayang Indonesia, asli Indonesia yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Secara dinamis mengantisipasi perkembangan dan kemajuan zaman.
Organisasi Pewayangan
Perkembangan wayang dari waktu ke waktu selain didukung oleh masyarakat, juga digerakkan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat, bukan oleh pemerintah. Dahulu keraton menjadi pusat dan acuan pengembangan wayang dan seni pedalangan. Peranan keraton beralih pada lembaga-lembaga masyarakat antara lain berupa sanggar-sanggar, lembaga pendidikan, paguyuban-paguyuban budaya, kesenian dan dalam jaman modern sekarang ini telah tampil pula organisasi-organisasi pewayangan. Organisasi pewayangan bersifat lokal ada pula yang bersifat nasional. Organisasi pewayangan dan pedalangan yang bersifat nasional adalah Persatuan Pedalangan Indonesia atau PEPADI dan SENAWANGI atau Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia. Dua organisasi pewayangan yang sekarang berkiprah dalam upaya melestarikan dan mengembangkan wayang.
SENAWANGI atau merupakan organisasi pewayangan terkemuka dan terkonsolidasikan dengan baik. Didirikan pada tahun 1975, di Jakarta. Setiap 5 tahun sekali, menyelenggarakan Pekan Wayang Indonesia, yang merupakan puncak kegiatan pewayangan. Bersamaan dengan Pekan Wayang, dilaksanakan pula Kongres SENA WANGI. Pada bulan Agustus 1999, diselenggarakan Pekan Wayang Indonesia VII dan Kongres SENA WANGI yang ke enam. SENAWANGI mengelola Gedung Pewayangan Kautaman yang terletak di kompleks TMII Jakarta Timur. Diupayakan gedung ini bisa menjadi Pusat Pewayangan Indonesia dan dunia.
PEPADI organisasi profesi yang beranggotakan para dalang, pengrawit dan swarawati memiliki cabang di seluruh wilayah Indonesia. Banyak bergerak dalam kegiatan pagelaran wayang, pendidikan dan pelatihan dan lain-lain.
Semoga bermanfaat, sekaligus berupaya untuk  melestarikan warisan Budaya.


Sumber : buku Mengenal Tokoh Wayang.
 http://supraba15.blogspot.com/2013/04/sejarah-asal-usul-wayang.html